Konflik Gaza

| | Comments: (0)


Konflik Israel-Gaza 2008-2009 merujuk pada konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang terjadi setelah kadaluarsanya gencatan senjata selama 6 bulan. Israel melancarkan serangan udara, disebut Operation Cast Lead (bahasa Ibrani: מבצע עופרת יצוקה, Mivtza Oferet Yetzukah), terhadap Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas.

Partai-partai berkuasa di Israel menjadikan perang sebagai propaganda menjelang pemilu parlemen Israel pada 10 Februari 2009.[35] Sebuah jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Haaretz menunjukkan masyarakat Israel berada di belakang operasi itu. Bahkan, di samping 52 persen yang mendukung serangan udara, ada 19 persen yang mengharapkan serangan darat. Dari semua ini, ada 25 persen yang menganjurkan gencatan senjata secepatnya. Perkembangan ini menyelamatkan popularitas koalisi Partai Kadima (Menteri Luar Negeri Tzipi Livni) dan Partai Buruh (Menteri Pertahanan Ehud Barak), yang melorot ketika menghadapi Benjamin Netanyahu yang ultranasionalis[36].

Dalam perang kali ini faksi yang bergabung adalah Hamas, Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina dan Jihad Islam Palestina serta Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina menyatakan yang bertanggung jawab atas tiga atau lima roket yang dilepaskan dari Libanon menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilea Israel utara. Tembakan roket dari luar Palestina itu mencederai dua orang.[38] Israel membalas dengan menembakkan 6 mortir ke arah Libanon. Belum diketahui apakah terdapat korban jiwa dari serangan balasan Israel tersebut. akan tetapi Pemerintahan Hamas berjanji akan memberikan uang pengganti kepada para korban serta berdampak traumatik pada masyarakat sipil

Pada 17 Januari 2009, Israel secara sepihak menyatakan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Dua hari kemudian Hamas turut menyatakan gencatan senjata setelah Israel mengumumkan akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 1 minggu.

»»  READMORE...

Amrozi

| | Comments: (0)


Amrozi bin Nurhasyim (biasa dipanggil Amrozi; lahir di Lamongan, 5 Juli 1962 – meninggal di Nusa Kambangan, 9 November 2008 pada umur 46 tahun) adalah seorang terpidana yang dihukum mati karena menjadi penggerak utama dalam Peristiwa Bom Bali 2002. Ia berasal dari Jawa Timur.

Amrozi disebut-sebut termotivasi ideologi Islam radikal dan anti-Barat yang didukung organisasi bawah tanah Jemaah Islamiyah. Pada 7 Agustus 2003, ia dinyatakan oleh pengadilan bersalah atas tuduhan keterlibatan dalam peristiwa pengeboman tersebut dan divonis hukuman mati. Namun undang-undang yang digunakan untuk memvonisnya ternyata kemudian dinyatakan tidak berlaku oleh Mahkamah Agung pada Juli 2004. Awalnya dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kerobokan di Denpasar, ia lalu dipindahkan ke LP Nusakambangan pada 11 Oktober 2005 bersama dengan Imam Samudra dan Mukhlas, dua pelaku Bom Bali lainnya.

Sikap Amrozi yang tampak tidak peduli sepanjang pengadilannya membuatnya sering dijuluki media massa The Smiling Assassin (Pembunuh yang Tersenyum). Amrozi dihukum mati pada hari Minggu, 9 November 2008 dini hari.

Pelaksanaan hukuman mati

Walaupun vonis hukuman mati telah berlaku tetap semenjak 2003, pelaksanaan hukuman tertunda berkali-kali karena tim pengacara mereka berusaha mengajukan sejumlah keberatan. Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan Peninjauan Kembali (PK) atas kasus ini. Setelah ditolak pada tahun 2008 awal, kembali tim pengacara mengajukan uji terhadap keputusan MA ke Mahkamah Konstitusi. Usaha terakhir adalah dengan mengajukan uji terhadap pelaksanaan hukuman mati, karena ketiga terpidana tidak menginginkan dihukum mati dengan ditembak, melainkan dengan dihukum pancung sesuai syariat Islam. Usaha ini ditolak kembali oleh Mahkamah Konstitusi.

Sebelum pelaksanaan hukuman tim pengacara sempat menyatakan akan membawa masalah ini ke Mahkamah Internasional.

Semula dinyatakan, pelaksanaan eksekusi dilakukan sebelum bulan Ramadan tahun 2008, namun kemudian ditunda, diduga dengan alasan belas kasihan. Pelaksanaan menjadi jelas sejak tanggal 5 Nopember 2008 setelah ketiganya dipindah ke ruang pengamanan maksimum dan diberitahu bahwa paling lama dalam 3 kali 24 jam akan segera dieksekusi.

Dalam seluruh proses mereka meminta agar mata mereka tidak ditutup. Tidak ada perlawanan yang mereka lakukan. Iring iringan mobil mulai berangkat dari LP Batu, Nusa Kambangan sejak pukul 23.15 WIB menuju lokasi eksekusi di bekas LP Nirbaya, sekitar 6km ke arah selatan Lapas Batu. Ketiganya dinyatakan meninggal sekitar pukul 00.15 WIB.

»»  READMORE...

Hambali

| | Comments: (0)


Encep Nurjaman (atau dikenal dengan nama samaran Hambali atau Riduan Isamuddin ;lahir di Sukamanah, Cibeber, Cianjur, 4 April 1966; umur 43 tahun) adalah mantan pemimpin militer Jemaah Islamiyah, sebuah organisasi berbasis Islam garis keras di Indonesia yang diduga kuat berhubungan dengan Al-Qaidah. Dia diduga kuat mempunyai peran penting dalam peristiwa berdarah Bom Bali 2002 yang menghancurkan Sari Club dan Paddy's Bar tanggal 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga negara Australia. Tiga penggerak utama peristiwa berdarah tersebut, Amrozi dan Mukhlas bersaudara dan Imam Samudra telah dihukum mati di Nusakambangan pada bulan November 2008.

Ia ditangkap di Thailand pada tanggal 11 Agustus 2003 dan ditahan di Yordania, lalu dipindahkan ke penjara milik Amerika Serikat di Kamp Tahanan Teluk Guantanamo, Kuba.

Bulan Agustus 2009, pejabat senior Amerika Serikat menyatakan bahwa walaupun para ahli, analis intelijen dan pejabat pemerintah mereka mempunyai dugaan kuat bahwa Hambali terlibat dalam peristiwa Bom Bali 2002, keterlibatannya dalam peristiwa tersebut tidak dapat dibuktikan oleh jaksa militer karena kurangnya bukti. Walaupun keterlibatannya tidak dapat dibuktikan, dinyatakan bahwa keterlibatan Hambali lainnya dalam rentetan peristiwa terorisme di kepulauan Indonesia akan hampir memastikan bahwa dia akan tetap ditahan.
»»  READMORE...

Ibrohim

| | Comments: (0)


Ibrohim (lahir di Jakarta, 16 Mei 1972 – meninggal di Temanggung, Jawa Tengah, 8 Agustus 2009 pada umur 37 tahun) adalah warga negara Indonesia dan seorang penata bunga yang menjadi bagian serangan teror di Jakarta yang terjadi di hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott. Ibrohim dinyatakan tewas dalam penyergapan Detasemen Khusus 88 di Temanggung, setelah dilakukan tes DNA dengan keluarga korban. Ibrohim diduga akan melakukan bom bunuh diri di kediaman Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor.

»»  READMORE...

Imam Samudra

| | Comments: (0)


Imam Samudera (terlahir Abdul Aziz, lahir di Kampung Lopanggede, Serang, Banten, 14 Januari 1970 – meninggal di Nusa Kambangan, 9 November 2008 pada umur 38 tahun)adalah terpidana mati dalam Bom Bali 2002. Abdul Aziz adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Ayahnya, Sihabuddin, dan ibunya, Embay Badriani, bercerai sewaktu Aziz masih anak-anak.

Masa kecil

Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Keluarganya adalah orang taat beragama. Sang ibu adalah perias pengantin yang kadang-kadang berjualan kue jika sedang sepi order atau menjahit baju muslim serta membuka warung kelontong di rumahnya. Aziz tumbuh sebagai anak yang supel bergaul dan banyak teman. Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng. Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer. Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu. Dia menonjol dalam pelajaran IPA dan Kerajinan Tangan. Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran Matematika. Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.

Berperang di Afganistan

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Negeri, dengan uang dari hasil menjual perhiasan ibunya tahun 1990 Aziz pergi ke Malaysia untuk transit menuju Pakistan dengan tujuan akhir Afganistan. Di sana dia mengikuti kegiatan bersama tim yang beranggota tujuh orang. "Kegiatannya untuk melawan pasukan asing," tutur Kapolri Da'i Bachtiar (waktu itu) dalam jumpa pers. Di Afganistan Aziz sempat tinggal selama 2,5 tahun. Lalu diperkirakan pada 1992 dia kembali ke Malaysia dan bermukim selama 6,5 tahun di Johor. Kontak hubungan dengan keluarga sempat terputus beberapa tahun. Tapi, pada tahun 1998 keluarga Aziz kemudian sempat mengenalinya kembali. Pada saat itu Aziz menjalani bisnis jual-beli kurma. Aziz berdagang dengan memasok dua kontainer kurma via Jakarta kemudian diedarkan kepada pedagang di beberapa kota, termasuk dipasarkan ke Serang. Kiprah pedagang kurma itu, namanya tiba-tiba melambung tinggi ketika terjadi banyak peristiwa pengeboman.

Belajar merakit bom

Selama di Malaysia maupun di Afghanistan, Samudera belajar mengenai jihad dan menggunakan senjata api, merangkai bom, serta menggunakan ranjau. Di Malaysia, dia menjalani kehidupan normal dengan berdagang baju dan usaha kecil. Dia juga mengikuti pengajian dan selalu mencari informasi dari internet, terutama informasi soal jihad dan juga berita soal ketidakadilan. Dia juga bertukar informasi dengan orang-orang melalui internet yang disebut sebagai pemimpinnya. Dia ingin berjihad ke Indonesia dengan cara dia sendiri. Dan itu dibuktikannya dengan kembali ke Indonesia tahun 2000, dan berniat meledakkan bom di Indonesia. Untuk melaksanakan niatnya, di Indonesia dia melakukan pengamatan selama satu bulan. Observasi dilakukan di Jakarta dan Batam. Bahkan untuk lebih memuluskan aksinya, pada akhir tahun 2000 dia tinggal di Batam.

Memakai nama Imam Samudera

Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman gereja di Batam. Nama Imam Samudera muncul kali pertama dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam Natal tahun 2000 serta peledakan Plaza Atrium Senen Jakarta tahun 2001. Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman gereja Santa Anna dan HKBP di Jakarta. Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya. Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia. Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali. Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya. Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali. Dalam kasus peledakan bom Bali, Amrozi sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai aktor intelektual. Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali. Baik Amrozi, Umar Al Faruq maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.

Nama Alias

Bukan hanya di Indonesia nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun 2000. Tapi juga di Malaysia. Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah (JI) bersama dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir seperti yang diungkap Menko Polkam (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono. Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama. Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar. Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan. Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai salah satu tokoh pelaku teror di Indonesia. Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias Encep Nurjaman, yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.

Konseptor

Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen. Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000. Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu. Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab. Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan. Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen Al Qaeda di Asia Tenggara.

»»  READMORE...

Syafuddin Jaelani

| | Comments: (0)


Saifuddin Zuhri bin Djaelani Irsyad atau Syaifuddin Jaelani (lahir ? - meninggal di Ciputat, 9 Oktober 2009) adalah anggota jaringan organisasi bawah tanah pimpinan Noordin M. Top (Tandzim Al-Qaeda untuk Asia Tenggara) yang dilaporkan sebagai tokoh di belakang Pengeboman Kuningan 2009. Sepeninggal Noordin, Syaifuddin diduga menjadi tokoh utama organisasi tersebut (Qa'id).

Ia tewas dalam suatu operasi penggerebekan di dekat tempat ia indekos di Ciputat, yang juga menewaskan abangnya, Mohamad Syahrir. Keduanya adalah saudara ipar Ibrohim[1], yang juga anggota gerombolan ini.

»»  READMORE...

Noordin Mohammad Top

| | Comments: (0)


Noordin Mohammad Top (lahir di Kluang, Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968 – meninggal di Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, 17 September 2009 pada umur 41 tahun) adalah orang yang dianggap bertanggung jawab atas serentetan serangan teror di Indonesia.

Noordin, yang berlatar pendidikan akuntansi dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dan pernah mengajar di sekolah, bersama dengan Dr. Azahari menjadi murid dari Abu Bakar Baasyir, tokoh organisasi Majelis Mujahidin Indonesia dan pendiri Pondok Pesantren Al Mu'min, Ngruki, Surakarta, sewaktu Baasyir berada dalam pelarian di Malaysia. Ia pernah tergabung dalam gerakan bawah tanah Jemaah Islamiyah (JI), suatu organisasi yang digolongkan teroris oleh PBB yang bercita-cita mendirikan negara berdasarkan Islam (daulat Islamiyah) di Asia Tenggara. Organisasi ini pada gilirannya menginduk pada Al-Qaeda. Pada tahun 2003 Noordin memisahkan diri dari induk organisasi dan menyatakan diri sebagai Qa'id (pemimpin) Tandzim (cabang) Al-Qaeda untuk Asia Tenggara. Ia dikenal oleh kalangan intelijen sebagai orang yang memiliki kemampuan perekrutan dan indoktrinasi yang baik, selain cerdas dan licin.

Ia bersama Azahari hijrah ke Indonesia setelah pemerintah Malaysia melakukan serangkaian operasi pembersihan teroris di negaranya, menyusul peledakan World Trade Center, New York, oleh Al Qaeda pada tanggal 11 September 2001. Di bawah perlindungan orang-orang JI ia merancang aksi pembalasan dengan agenda pertama adalah pengeboman dua klub malam di Kuta, Badung, Bali, setelah didahului oleh beberapa pengeboman berskala kecil.

Semenjak peristiwa Pengeboman Bali 2002, Noordin, Azahari, dan anggota JI lainnya menjadi sasaran pencarian utama Polri. Di mata FBI ia menempati urutan ketiga sebagai orang yang paling dicari pada tahun 2006. Dalam penyergapan oleh satuan khusus anti-terorisme Densus 88 di Batu, Malang, tanggal 9 November 2005 yang menewaskan Azahari, Noordin dapat melarikan diri. Dalam suatu penggerebekan di Weleri, Kendal (2007), kembali Noordin dikhabarkan lolos. Seusai Pengeboman Mega Kuningan, Jakarta, 2009, polisi kembali mengintensifkan pengejaran. Ia sempat diduga sebagai salah satu korban tewas dalam penyergapan di Temanggung, Jawa Tengah, oleh Densus 88 pada 8 Agustus 2009, namun empat hari kemudian Polri menyatakan bahwa yang tewas adalah Ibrohim. Baru pada tanggal 17 September 2009 Noordin akhirnya tewas dalam penyergapan di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta, bersama-sama dengan tiga orang lain, termasuk Bagus Budi Pranoto (perakit bom peledakan Kedubes Australia di Jakarta, 2004) dan Ario Sudarso, keduanya ahli perakitan bom didikan Azahari.

Selama dalam pelarian itu, Noordin beberapa kali melakukan pernikahan dengan perempuan di tempat ia tinggal, diperkirakan sebagai sarana untuk mengelabui petugas. Sebelumnya meninggalkan Malaysia, ia telah menikah dengan seorang perempuan kelahiran Indonesia dan memiliki tiga orang anak. Paling tidak ada tiga perempuan yang diketahui pernah dinikahinya di Jawa, salah seorang di antaranya sempat dipenjara selama dua tahun (2005-2007) karena terbukti membantu menyembunyikan Noordin.Dari tiga orang ini, dua di antaranya juga memberikan keturunan.

»»  READMORE...